Saat ini berpikir kritis sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Banyak fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang harus ditanggapi dan disaring dengan kritis. Untuk itu diperlukan kemampuan berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.Orang yang mampu berpikir kritis memiliki kemampuan untuk mengenal dan memecahkan masalah.. Dalam memecahkan masalah diperlukan kemampuan menganalisis, mensintesis,membuat kesimpulan, mengevaluasi dan mengambil keputusan.
Para pakar mendefinisikan berpikir kritis dengan berbagai ragam. beberapa di ataranya mengungkapkan sebagai berikut : Gunawan (2003:177-178) menyatakan bahwa keterampilan berpikir
kritis adalah kemampuan untuk berpikir pada level yang kompleks dan menggunakan
proses analisis dan evaluasi. Berpikir kritis melibatkan keahlian berpikir
induktif seperti mengenali hubungan, manganalisis masalah yang bersifat
terbuka, menentukan sebab dan akibat, membuat kesimpulan dan mem-perhitungkan
data yang relevan. Sementara itu Rahmat (2010:1) mengemukakan berpikir kritis (critical
thinking) sinonim dengan pengambilan keputusan (decision making),
perencanaan stratejik (strategic planning), proses ilmiah (scientific
process), dan pemecahan masalah (problem solving).Selanjutnya, Juha (2010 :1) menyatakan “Critical thinking is reasonable, reflective
thinking, focused on deciding what to believe or do” . Demikian juga Paul, R., & Elder, L. ( 2012:21.) menyatakan
“Critical thinking is the art of thinking
about thinking while thinking to make thinking better” Menurut Ruland
(2003:1-3) berpikir kritis harus selalu mengacu dan
berdasar kepada suatu standar yang disebut universal intelektual standar. Universal
intelektual standar adalah standardisasi yang harus diaplikasikan dalam
berpikir yang digunakan untuk mengecek kualitas pemikiran dalam merumuskan permasalahan,
isu-isu, atau situasi-situasi tertentu. Universal intelektual standar meliputi:
kejelasan (clarity), keakuratan,
ketelitian, kesaksamaan (accuracy), ketepatan (precision), relevansi, keterkaitan (relevance), kedalaman (depth).
Berpikir kritis perlu dan penting dikuasai siswa
Zamroni
dan Mahfudz (2009:23-29) mengemukakan ada enam argumen yang menjadi alasan pentingnya keterampilan berpikir kritis dikuasai siswa.
Pertama, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat akan
menye-babkan informasi yang diterima siswa semakin banyak ragamnya, baik sumber
maupun esensi informasinya. Oleh karena itu siswa dituntut memiliki kemam-puan memilih dan memilah
informasi yang baik dan benar sehingga dapat memperkaya khazanah pemikirannya. Kedua, siswa merupakan
salah satu kekuatan yang berdaya tekan tinggi (people power), oleh karena itu agar kekuatan itu dapat terarahkan
ke arah yang semestinya (selain komitmen
yang tinggi terhadap moral), maka mereka perlu dibekali dengan kemampuan
berpikir yang memadai (deduktif, induktif, reflektif, kritis dan kreatif) agar
kelak mampu berkiprah dalam mengembangkan bidang ilmu yang ditekuninya. Ketiga,
siswa adalah warga masyarakat yang kini maupun kelak akan menjalani kehidupan
semakin kompleks. Hal ini menuntut mereka memiliki keterampilan berpikir kritis dan kemampuan untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya secara kritis. Keempat, berpikir kritis
adalah kunci menuju berkembangnya kreativitas, dimana kreativitas muncul karena
melihat fenomena-fenomena atau permasalahan yang kemudian akan menuntut siswa untuk berpikir kreatif. Kelima, banyak lapangan pekerjaan baik langsung maupun
tidak, membutuhkan keterampilan berpikir kritis,
misalnya sebagai pengacara atau sebagai guru maka berpikir kritis adalah kunci
keberhasilannya. Keenam, setiap saat manusia selalu dihadapkan pada pengambilan
keputusan, mau ataupun tidak, sengaja atau tidak, dicari ataupun tidak akan
memerlukan keterampilan untuk berpikir
kritis.
Menurut Potter,
(2010: 6) ada
tiga alasan keterampilan berpikir kritis diperlukan. Pertama, adanya ledakan informasi. Saat ini terjadi
ledakan informasi yang datangnya dari puluhan ribu web mesin pencari di
intrnet. Informasi dari berbagai sumber tersebut bisa jadi banyak yang
ketinggalan zaman, tidak lengkap, atau tidak kredibel. Untuk dapat
menggunakan informasi ini dengan baik, perlu dilakukan evaluasi terhadap data
dan sumber informasi tersebut. Kemampuan untuk mengevalusi dan kemudian
memutuskan untuk menggunakan informasi yang benar memerlukan keterampilan
berpikir kritis. Oleh karena itu, maka keterampilan berpikir kritis sangat
perlu dikembangkan pada siswa. Kedua, adanya tantangan global. Saat ini terjadi krisis global yang serius, terjadi kemiskinan
dan kelaparan di mana-mana. Untuk mengatasi kondisi yang krisis ini diperlukan
penelitian dan pengembangan keterampilan-keterampilan berpikir kritis. Ketiga,
adanya perbedaan pengetahan warga negara. Sejauh ini mayoritas orang di
bawah 25 tahun sudah bisa meng- online-kan berita mereka. Beberapa informasi
yang tidak dapat diandalkan dan bahkan mungkin sengaja menyesatkan, termuat di
internet. Supaya siswa tidak tersesat dalam mengambil informasi yang tersedia
begitu banyak, maka perlu dilakukan antisipasi. Siswa
perlu dilatih untuk mengevaluasi keandalan sumber web sehingga tidak akan
menjadi korban informasi yang salah atau bias.
Cara mengembangkan berpikir kritis siswa
Berpikir
kritis siswa sangat perlu dikembangkan demi keberhasilan mereka
dalam pendidikan dan dalam kehidupan bermasyarakat. Keterampilan
berpikir kritis dapat dikembangkan atau diperkuat, melalui proses pembelajaran. Artinya, di samping pembelajaran
mengembangkan kemampuan kognitif untuk suatu mata
pelajaran tertentu, pembelajaran juga dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa.
Tidak semua proses pembelajaran secara otomatis akan mengembangkan keterampilan
berpikir kritis. Hanya proses pembelajaran yang
mendorong diskusi dan banyak memberikan
kesempatan berpendapat, menggunakan
gagasan-gagasan, memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk
mengekspresikan gagasan-gagasan dalam tulisan, mendorong kerjasama dalam
mengkaji dan menemukan pengetahuan, mengembangkan tanggung jawab, refleksi diri
dan kesadaran sosial politik, yang akan mengembangkan berpikir kritis siswa. Di samping itu antusiasme guru dan kultur sekolah
juga berpengaruh terhadap tumbuhnya keterampilan berpikir kritis siswa.
Dalam bidang pendidikan, berpikir
kritis dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman materi yang dipelajari
dengan mengevaluasi secara kritis argumen pada buku teks, jurnal, teman
diskusi, termasuk argumentasi guru dalam kegiatan pembelajaran. Jadi berpikir
kritis dalam pendidikan merupakan kompetensi yang akan dicapai serta alat yang
diperlukan dalam mengkonstruksi pengetahuan. Berpikir yang ditampilkan dalam
berpikir kritis sangat tertib dan sistematis. Berpikir kritis merupakan salah
satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan dalam pembentukan
sistem konseptual siswa. Selain itu berpikir kritis siswa dapat dikembangkan
melalui pemberian pengalaman bermakna. Pengalaman bermakna yang dimaksud dapat
berupa kesempatan berpendapat secara lisan maupun tulisan seperti seorang
ilmuwan Kesempatan bermakna tersebut dapat berupa diskusi yang muncul dari
pertanyaan-pertanyaan divergen atau masalah tidak terstruktur (ill-structured
problem), serta kegiatan praktikum yang menuntut pengamatan terhadap
gejala atau fenomena yang akan menantang kemampuan berpikir siswa
Menurut Zamroni dan Mahfudz (2009:30) ada empat cara meningkatkan keterampilan berpikir
kritis yaitu dengan: (1) model pembelajaran tertentu, (2) pemberian tugas mengkritisi
buku, (3) penggunaan cerita, dan, (4) penggunaan model pertanyaan socrates. Dalam penelitian
ini bahasan akan difokuskan hanya pada model pembelajaran.
Berdasarkan berbagai hasil penelitian,
keterampilan berpikir kritis dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran.
Namun demikian, tidak semua model pembelajaran secara otomatis dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Hanya model pembelajaran tertentu
yang akan meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Model pembelajaran yang
dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis, paling tidak mengandung tiga
proses, yakni (a) penguasaan materi, (b) internalisasi, dan (c) transfer materi
pada kasus yang berbeda. Penguasaan siswa
atas materi, dapat cepat atau lambat dan dapat dalam atau dangkal. Kecepatan
atau kelambatan dan kedalaman atau kedangkalan penguasaan materi dari siswa sangat tergantung pada cara guru
melaksanakan proses pembelajaran; termasuk dalam menggunakan model pembelajaran
yang sesuai dengan karakter materi pembelajaran yang dipelajari.
Internalisasi merupakan proses pengaplikasian materi yang sudah dikuasai
dalam frekuensi tertentu, sehingga apa yang telah dikuasai, secara pelan-pelan
terpateri pada diri siswa, dan jika
diperlukan akan muncul secara otomatis.
Mengaplikasikan suatu pengetahuan yang dikuasai amat penting artinya
bagi pengembangan kerangka pikir. Akan
lebih penting lagi apabila aplikasi dilakukan pada berbagai kasus atau konteks
yang berbeda. Sehingga terjadi proses transfer
of learning, dengan transfer of
learning akan terjadi proses penguatan critical
thinking.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar